Bongkar Mitos Domain .my.id Spam & Tidak Bisa Diindeks: Studi Kasus Sukses Azmus.my.id

domain my.id bukan spam

Skeptis sama domain .my.id? Dulu gue juga. Tapi semua berubah sejak gue memutuskan untuk membangun situs personal pakai ekstensi lokal itu. Gue bukan sekadar nulis blog, tapi ngebangun sistem yang bener-bener proper: valid struktur HTML, clean code, dan SEO technical yang solid.

Pas awal, suara miring soal my.id udah kayak template komentar: “gampang ditandai spam”, “susah masuk indeks”, “nggak cocok buat profesional”. Tapi sebagai developer yang paham core web vitals, gue tahu bahwa yang dinilai Google itu bukan domain, tapi kualitas dan performa keseluruhan.

Dengan dasar itu, gue setup Azmus.my.id dari nol. Frontend pakai layout ringan, backend terhubung ke Google Sheet via custom script, lalu deploy di Netlify. Sitemap auto-generate, robots.txt rapi, dan meta tag lengkap dari OG sampai Twitter card.

Yang menarik, indeks Google untuk situs ini gak nyampe 3 hari. Bukan sulap, tapi emang semua file udah dikemas optimal. Gue bahkan sempat tracking via GSC dan PageSpeed Insight — hasilnya: skor 97 mobile dan 100 desktop. Responsif, cepet, bersih.

Mitos Domain Spam = Salah Target

Spam itu bukan karena domain. Tapi karena pola penggunaan yang salah. Banyak domain my.id yang dipakai buat AGC, redirect, dan farming iklan. Itu yang bikin reputasi umum jadi buruk. Padahal, kalau dipakai sehat dan serius, domain ini powerful banget buat ngejar target jangka panjang.

Azmus.my.id udah buktiin itu. Tanpa backlink berbayar, cuma dari konten berkualitas dan struktur internal link yang rapi, blog ini bisa nangkring di halaman 1 Google untuk keyword “web builder spreadsheet” dan “blogger tanpa hosting”.

Yang lebih seru? Gue dapet trafik dari luar negeri. Beberapa pengunjung organik datang dari India, Jerman, dan bahkan Amerika Serikat. Pakai domain lokal bukan berarti terbatas lokal. SEO itu bahasa universal, bro.

Teknis Bikin Percaya Diri

Gue implementasi struktur data JSON-LD, heading hierarchy ketat (H1-H2-H3 only), dan page layout modular. Jadi gak ada elemen nyeleneh kayak 4 H1 di satu halaman. Setiap halaman punya title, deskripsi, image yang terstruktur. Ini basic, tapi vital.

Terus terang, banyak banget yang nyalahin ekstensi domain, padahal SEO-nya acak-acakan. Page berat, gak mobile-friendly, dan gak ada schema sama sekali. Ya jelas aja susah indeks, bukan salah domainnya.

Studi Kasus: Azmus.my.id

  • 100+ artikel sudah terindeks tanpa error
  • Trafik stabil & meningkat tiap minggu
  • CTR dari hasil organik di atas 7%
  • DA/PA naik perlahan tanpa beli backlink

Semuanya berkat konsistensi. Gue rutin evaluasi via GSC, Lighthouse, dan seminggu sekali audit internal link. Bahkan sempat pakai script check broken link otomatis via GitHub Action.

pengembang web muda profesional

Tools yang Gue Pakai

  1. Google Search Console & Analytics
  2. PageSpeed Insight & GTMetrix
  3. Ubersuggest & Ahrefs (free audit)
  4. Custom script JSON validator & schema tester
  5. CDN image proxy via Weserv untuk optimasi gambar

Gue nggak beli trafik, nggak sebar link spam. Cukup dengan manajemen teknis dan konten rutin, my.id bisa naik level kayak domain global. Bahkan tampilannya gue design kayak news portal mainstream — padahal semuanya cuma 1 file HTML!

Mindset Baru untuk Blogger Muda

Blogger muda Indonesia harus ubah mindset. Jangan kejar .com doang karena ikut-ikutan. Fokus ke performa, bukan gengsi. Kalau lo ngerti core SEO, domain apapun bisa dibawa terbang.

Yang penting: struktur, kecepatan, dan konsistensi. Gue bahkan gak pasang iklan di awal. Fokus ke pengalaman pengguna dulu, baru monetisasi belakangan.

Dan sekarang, Azmus.my.id jadi portofolio hidup gue. Lo bisa liat codingnya clean, loadingnya kenceng, dan performa SEO-nya rapi. Gak perlu ribet hosting mahal, cukup paham teknik dan sabar nulis rutin.

"Jangan tunggu domain sempurna, tapi sempurnakan struktur blogmu dulu."

My.id bukan spam. Yang spam itu malas belajar.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url